Cinta atau Nafsu

Apakah cinta dan gairah sama saja, saling berkaitan atau tidak ada hubungan sama sekali? Scroll down!
lust love
Menurut buku “Guide to Intuitive Healing” karangan Judith Orloff MD, ada perbedaan besar antara cinta dan gairah. Gairah biasanya hanya berdasarkan ketertarikan fisik dan fantasi – dan seringkali menghilang saat “kepribadian” sebenarnya muncul. Pada tahapan tersebut biasanya kita memandang pasangan sebagai sosok yang sempurna. Jatuh cinta bukan berarti nggak pakai nafsu. Bahkan katanya, nafsu bisa berujung pada cinta.
Sebagai psikiater, Judith berpendapat kalau ketertarikan seksual bisa menutupi akal sehat dan intuisi bahkan pada orang-orang yang paling rasional. Kenapa? Gairah adalah keadaan yang diprogram oleh keinginan untuk bereproduksi. Pada fase ini keadaan otak seperti otak pecandu narkoba, alias semua terlihat indah saat bertemu si pujaan hati. Hasil pemeriksaan MRI menunjukkan kalau area otak yang aktif saat pecandu sudah berjumpa dengan kokain sama dengan area yang aktif saat seseorang sedang bergairah.
Dikatakan juga kalau pada awal hubungan, saat hormon seks merajalela, gairah terbakar oleh energi yang berasal dari harapan dan impian – kita melihat apa yang kita harapkan dari seseorang atau yang kita inginkan – bukannya melihat kepribadian pasangan apa adanya.
Beberapa tanda kalau kita “hanya” bergairah, bukannya jatuh cinta antara lain fokus hanya pada wajah dan tubuhnya; hanya ingin bercinta, tapi malas mengobrol; nggak membahas perasaan. Sedangkan tanda-tanda cinta antara lain pengen menghabiskan waktu bersama selain bercinta; sering terlibat obrolan yang seru; mendengarkan apa yang dirasakan pasangan; ingin membahagiakan satu sama lain.
Bagaimana menurutmu? What are you having now, love or lust?

Kata laki-laki dapatkan Cinta Dengan SEX

Sering mendengar penyataan kalau “Women give sex to get love?” Apakah kamu setuju dengan kalimat tersebut? Bagaimana kenyataannya? Benarkah seks adalah pintu untuk mendapatkan dan menumbuhkan cinta dari seorang laki-laki?
friends with benefitKarena penasaran, saya memutuskan untuk melakukan interview terhadap para laki-laki dari berbagai usia dan golongan. Dari yang pengusaha, bankir, pengacara, insinyur, semua tidak luput dari pertanyaan saya.
The question is: “What happens to your feeling and to the relationship, after sex comes into the picture?” Hasil bincang-bincang saya dengan para laki-laki tersebut memberikan hasil yang cukup mencengangkan.
Kebanyakan dari mereka satu suara dalam mengemukakan bahwa apabila perasaan mereka terhadap pasangan belum cukup kuat, apalagi bila tidak ada status hubungan yang jelas, mendapatkan seks pada awal hubungan dari pasangan merupakan sebuah attraction killer. Lama kelamaan entah disengaja atau tidak, akan tumbuh rasa bosan terhadap pasangan dan hubungan tersebut. Ketika ditanyakan, mereka merasa bahwa mereka telah mendapatkan semuanya dan tidak ada lagi excitement atau hal yang bisa dinantikan.
Dalam kasus dimana hubungan seks dilakukan dengan teman tanpa tali komitmen apa-apa, mereka hanya memperlakukan seks sebagai sebuah hubungan fisik. Tidak peduli betapa hebatnya seks yang diberikan, pada akhir hari atau setelah hubungan seks berakhir, cinta tidak tumbuh di hati mereka karena dari awal mereka hanya melihat hubungan tersebut sebagai aktivitas jasmani semata. Walaupun di beberapa kasus perasaan sayang dapat tumbuh, tapi tidak akan cukup untuk membuat si laki-laki berkomitmen kepada pasangannya.
Seorang laki-laki malah menuturkan bahwa secara seksual mungkin hubungan dia dengan seorang TTM-nya merupakan hubungan seks paling hebat dan memuaskan yang pernah ia dapatkan. Namun, setiap sehabis mereka berhubungan, ia ingin perempuan itu pergi dari rumahnya. Berbeda dengan saat dia melakukan hubungan seks dengan perempuan yang memang dia sayangi dan cintai, dia tetap ingin “cuddling” setelah berhubungan, katanya.
Jadi, berbedakah efek dari hubungan seks apabila dilakukan dengan pasangan yang dicintai?

Daftar kode telepon negara di dunia


+0: Tidak digunakan
+1: (NANP) US, CA, AI, AG, AS, BB, BS, VG, VI, KY, BM, GD, TC, MS, MP, GU, LC, DM, VC, PR, DO, TT, KN, JM
+20: EG +210: --
+211: --
+212: MA
+213: DZ
+214: --
+215: --
+216: TN
+217: --
+218: LY
+219: --

+220: GM
+221: SN
+222: MR
+223: ML
+224: GN
+225: CI
+226: BF
+227: NE
+228: TG
+229: BJ

+230: MU
+231: LR
+232: SL
+233: GH
+234: NG
+235: TD
+236: CF
+237: CM
+238: CV
+239: ST

+240: GQ
+241: GA
+242: CG
+243: CD
+244: AO
+245: GW
+246: IO
+247: AC
+248: SC
+249: SD

+250: RW
+251: ET
+252: SO
+253: DJ
+254: KE
+255: TZ
+256: UG
+257: BI
+258: MZ
+259:

+260: ZM
+261: MG
+262: RE
+263: ZW
+264: NA
+265: MW
+266: LS
+267: BW
+268: SZ
+269: KM

+27: ZA +28: Tidak digunakan +290: SH
+291: ER
+292: --
+293: --
+294: --
+295: --
+296: --
+297: AW
+298: FO
+299: GL

+3: kosong (diusulkan untuk EU)
+30: GR +31: NL +32: BE +33: FR +34: ES +350: GI
+351: PT
+352: LU
+353: IE
+354: IS
+355: AL
+356: MT
+357: CY
+358: FI
+359: BG

+36: HU +370: LT
+371: LV
+372: EE
+373: MD
+374: AM
+375: BY
+376: AD
+377: MC
+378: SM
+379: VA

+380: UA
+381: CS
+382: ME
+383: --
+384: --
+385: HR
+386: SI
+387: BA
+388: EU
+389: MK

+39: IT
+40: RO +41: CH +420: CZ
+421: SK
+422: --
+423: LI
+424: --
+425: --
+426: --
+427: --
+428: --
+429: --

+43: AT +44: UK +45: DK +46: SE +47: NO +48: PL +49: DE
+500: FK
+501: BZ
+502: GT
+503: SV
+504: HN
+505: NI
+506: CR
+507: PA
+508: PM
+509: HT

+51: PE +52: MX +53: CU +54: AR +55: BR +56: CL +57: CO +58: VE +590: GP
+591: BO
+592: GY
+593: EC
+594: GF
+595: PY
+596: MQ
+597: SR
+598: UY
+599: AN

+60: MY +61: AU +62: ID +63: PH +64: NZ +65: SG +66: TH +670: TL
+671: --
+672: AQ
+673: BN
+674: NR
+675: PG
+676: TO
+677: SB
+678: VU
+679: FJ

+680: PW
+681: WF
+682: CK
+683: NU
+684: AS
+685: WS
+686: KI
+687: NC
+688: TV
+689: PF

+690: TK
+691: FM
+692: MH
+693: --
+694: --
+695: --
+696: --
+697: --
+698: --
+699: --

+7: RU, KZ
+800: XF
+801: --
+802: --
+803: --
+804: --
+805: --
+806: --
+807: --
+808: XC
+809: --

+81: JP +82: KR +83: Tidak digunakan +84: VN +850: KP
+851: --
+852: HK
+853: MO
+854: --
+855: KH
+856: LA
+857: --
+858: --
+859: --

+86: CN +870: XS
+875: --
+876: --
+877: --
+878: XU
+879: --

+880: BD
+881: XG
+882: XN
+883: --
+884: --
+885: --
+886: TW
+887: --
+888: --
+889: --

+89: Tidak digunakan
+90: TR +91: IN +92: PK +93: AF +94: LK +95: MM +960: MV
+961: LB
+962: JO
+963: SY
+964: IQ
+965: KW
+966: SA
+967: YE
+968: OM
+969: --

+970: PS
+971: AE
+972: IL
+973: BH
+974: QA
+975: BT
+976: MN
+977: NP
+978: --
+979: XR

+98: IR +990: --
+991: XT
+992: TJ
+993: TM
+994: AZ, QN
+995: GE
+996: KG
+997: --
+998: UZ
+999: --

Proposal Skripsi


Proposal Skripsi: Pengaruh Cara Belajar 

JUDUL:     Pengaruh Cara Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran Pada Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi Di SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/2006

PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah merumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU RI No 20/ 2003). 
Jadi jelaslah pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja agar anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik, sehingga penerapan pendidikan harus diselengggarakan sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan UU No 20/ 2003. Menurut UU RI No 20/ 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional jenis dari pendidikan menengah salah satunya adalah sekolah menengah kejuruan (SMK). Penjelasan pasal 15 menjelaskan bahwa “ Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta diklat terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”.
Pemberlakuan kurikulum 2004 dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan upaya antisipatif untuk mencegah kesenjangan antara hasil pendidikan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat yang akan selalu berkembang.
Kesenjangan antara hasil pendidikan kejuruan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat terlihat dari tingkat pengetahuan dan penguasaan ketrampilan lulusan SMK yang masih belum sepadan dengan tuntutan dunia kerja, serta belum sesuainya bidang keahlian mereka dengan bidang-bidang pekerjaan yang dibutuhkan dunia kerja. Masalah tersebut menjadi sebab meningkatnya jumlah lulusan SMK yang mengganggur dan mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan ijasah kejuruannya.
Sejalan dengan pemberlakuan kurikulum SMK edisi 2004 dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan kejuruan, masalah yang harus mendapat perhatian adalah masalah cara belajar siswa. Mengingat keberhasilan pencapaian tujuan belajar tidak hanya semata-mata ditentukan faktor kurikulum melainkan factor cara  belajar yang juga sangat menentukan berhasil tidaknya kegiatan pendidikan. Thabrany(1993) mengemukakan bahwa cara belajar merupakan faktor kunci yang menentukan berhasil tidaknya belajar. Hal ini sangat penting mengingat siswa SMK disiapkan sebagai tenaga kerja terampil guna memasuki dunia kerja. Dalam hal ini agar tujuan tersebut tercapai maka tingkat penguasaan dan keterampilan serta bidang keahlian lulusan SMK harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia kerja.
Cara belajar merupakan suatu cara bagaimana siswa melaksanakan kegiatan belajar misalnya bagaimana mereka mempersiapkan belajar, mengikuti pelajaran, aktivitas belajar mandiri yang dilakukan, pola belajar mereka, cara mengikuti ujian. Kualitas cara belajar akan menentukan kualitas hasil belajar yang diperoleh. Cara belajar yang baik akan menyebabkan berhasilnya belajar, sebaliknya cara belajar yang buruk akan menyebabkan kurang berhasil atau gagalnya belajar [The Liang Gie (1984)].
Masalah cara belajar dewasa ini perlu mendapat perhatian karena kualitas cara belajar siswa SMK cukup memprihatinkan. Dari hasil pengamatan dan wawancara peneliti kepada siswa SMK PGRI 2 Malang khususnya kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran umumnya mereka kurang memiliki kemauan bekerja keras untuk meraih keberhasilan/ prestasi  belajar. Mereka umumnya hanya belajar saat menghadapi ujian, jarang sekali melakukan studi atau belajar secara rutin. Sukir (1995) mengemukan bahwa masih cukup banyak siswa yang mempunyai cara belajar kurang baik seperti belajar dengan waktu yang tidak teratur (tidak memiliki jadwal), belajar sambil menontonTV atau mendengarkan radio, melakukan belajar dengan berpindah-pindah, sering terlambat masuk sekolah, dan hanya belajar pada waktu menghadapi ujian saja. 
Buruknya cara belajar merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar sehingga menyebabkan menurunnya mutu pendidikan. Slameto (2002) mengemukakan bahwa faktor cara belajar yang buruk merupakan penyebab masih cukup banyaknya siswa yang sebenarnya pandai tetapi hanya meraih prestasi yang tidak lebih baik dari siswa yang sebenarnya kurang pandai tetapi mampu meraih prestasi yang tinggi karena mempunyai cara belajar yang baik. 
Aspek lain yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan cara belajara siswa adalah karakteristik mata diklat yang dipelajari. Setiap mata diklat memiliki sifat maupun ciri khusus yang berbeda dengan mata diklat lainnya. Menurut Winkel (1996: 245) dilihat dari segi sasaran belajar karakteristik mata diklat dibedakan menjadi 1) Menuntut kemampuan pengetahuan, 2) Mengutamakan aspek sikap,
3) Mengutamakan aspek ketrampilan.
            Dari hasil observasi awal di SMK PGRI 2 Malang saat penulis menjalani Program Praktek Lapangan (PPL) diperoleh data bahwa sebagian siswa mengalami kesulitan dalam menerima dan mempelajari materi pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam materi tersebut mungkin disebabkan oleh cara belajar yang kurang sesuai. Dimana pada akhirnya masalah ini berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa dilihat dari nilai Ulangan Harian siswa.
            Cara belajar bukanlah satu-satunya variabel yang berhubungan dengan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Masih banyak variabel lain yang mempengaruhi antara lain motivasi dan minat belajar, lingkungan, sarana, prasarana, guru, dan lain sebagainya. Jadi dalam penelitian ini hanya meneliti tentang cara belajar siswa, sehubungan dengan masih rendahnya prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Cara Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran Pada Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi Di SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/2006”.       
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan  di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.  Bagaimana pola-pola cara belajar siswa kelas 1 dalam mempelajari mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang ?
2.  Bagaimana prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang ?
3.  Adakah pengaruh cara belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang ?
C.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian yaitu:
1.  Mengetahui tentang pola-pola cara belajar siswa kelas 1 dalam mempelajari mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang.
2.  Mengetahui prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang.
3.  Mengetahui pengaruh cara belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang.
D.    Hipotesis Penelitian
      Menurut PPKI (2000: 12) “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis diangggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya”. Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini yaitu mengenai ada tidaknya pengaruh cara  belajar terhadap prestasi belajar siswa
kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi  SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/2006 hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha :  Ada pengaruh yang signifikan antara cara belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2  Malang Tahun Pelajaran 2005/ 2006.
Ho :  Tidak ada pengaruh yang signifikan antara cara belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2  Malang Tahun Pelajaran 2005/ 2006.
Hipotesis yang diajukan selanjutnya akan diuji kebenarannya dengan bantuan statistik dengan data-data yang terkumpul.
E.     Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.      Bagi Universitas Negeri Malang.
Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan tentang  prestasi belajar yang ada hubungannya dengan cara belajar yang dimiliki siswa.
2.      Bagi Sekolah Menengah Kejuruan PGRI  2
Dengan mengetahui pengaruh cara belajar terhadap prestasi belajar maka diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan sekolah yang bersangkutan.
3.      Bagi Guru
Sebagai masukan dalam mengelola dan meningkatkan strategi belajar mengajar serta mutu pengajaran. Dengan mengetahui pola-pola cara belajar siswa maka guru dapat menyesuaikan proses belajar mengajar yang diciptakan.
4.      Bagi Siswa
Dengan mengetahui pengaruh cara belajar terhadap prestasi belajar maka diharapkan dapat dipakai sebagai  bahan pertimbangan untuk menyesuaikan cara belajar sehingga dapat diperoleh prestasi yang memuaskan.
5.      Bagi Penulis
      Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan  dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan ketrampilan meneliti serta pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.
F.      Asumsi Penelitian
      Menurut PPKI (2000: 13) “asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan dalam melakukan penelitian”.
Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan beberapa asumsi dasar sebagai berikut:
1.      Perbedaan tingkat intelegensi dianggap tidak mempunyai pengaruh yang berarti.
2.      Masing-masing siswa belajar menurut caranya sendiri.
3.      Semua siswa memperoleh fasilitas dan kesempatan yang sama dalam menerima pelajaran mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi.
4.      Sekolah telah melaksanakan evaluasi belajar secara benar sehingga nilai-nilai hasil belajar siswa pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi yang tercantum didalam buku raport semester gasal merupakan pencerminan prestasi belajar siswa yang sesungguhnya.
G.    Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1.      Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup ini meliputi cara belajar dan prestasi belajar mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua siswa kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran SMK PGRI 2 Malang. Penjabaran variabel, sub variabel dan indikator pada tabel 1.
2.      Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian di SMK PGRI 2 Malang ini peneliti hanya membatasi pada hal-hal tertentu saja yaitu:
1.      Penelitian ini hanya menggunakan sampel siswa kelas 1 jurusan Administrasi Perkantoran di SMK PGRI 2 Malang tahun pelajaran 2005/2006.
2.    Prestasi belajar siswa pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai raport semester gasal 2005/2006.
H.    Definisi Operasional
Untuk menghindari persepsi dan kesamaan konsep dalam mengartikan istilah maka perlu ditegaskan beberapa istilah sebagai berikut:
1.      Pengaruh adalah hubungan sebab-akibat yang ditimbulkan oleh dua variabel (variabel bebas dan variabel terikat).
2.      Cara belajar siswa adalah cara atau strategi siswa dalam usahanya mencapai prestasi belajar yang diharapkannya. Pada penelitian ini penulis membagi cara belajar menjadi 5 yaitu persiapan belajar, cara mengikuti pelajaran, aktifitas belajar, pola belajar dan cara mengikuti ujian.
3.      Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan  lingkungannya
4.      Prestasi belajar adalah hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh siswa dalam periode tertentu. Dalam hal ini prestasi belajar siswa diukur berdasarkan nilai raport siswa kelas 1 jurusan Adminstrasi Perkantoran semester gasal tahun pelajaran 2005/ 2006 dengan alasan data mudah didapat serta obyek yang akan diteliti masih berada di sekolah tersebut sehingga dapat mengisis angket yang disebarkan.

KAJIAN PUSTAKA
A.     Temuan Penelitian yang Relevan
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan dua penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Muhyono(2001) dalam penelitiannya yang berjudul ” Hubungan Minat dan Cara Belajar Fisika dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas 1 Cawu 2 SMU N 6 Malang Tahun Pelajaran 2000/ 2001”  dan Kholifah (2003) dalam penelitiaannya yang berjudul ” Pengaruh Cara dan Kebiasaan Belajar terhadap Prestasi Belajar siswa mata pelajaran Akuntansi  di Madrasah Aliyah Al-Azhar Pasuruan ”. Persamaan tersebut terdapat pada pengkajian topik yang sama tentang cara belajar siswa terhadap prestasi belajar, metode pengumpulan datanya dengan instrument angket dan dokumentasi , jenis penelitian ex post facto, dalam teknik analisis datanya menggunakan analisis deskriptif korelasional. Sedangkan perbedaannya terletak pada dua penelitiannya sebelumnya tidak hanya meneliti cara belajar tetapi juga minat dan kebiasaan belajar, selain itu lokasi penelitian, bidang studi, subyek serta hasil penelitian yang disesuaikan dengan judul yang dibahas. Untuk lebih jelasnya persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan dua penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Persamaan dan perbedaan penelitian dengan dua penelitian yang relevan   
Persamaan dan perbedaan
Muhyono
Kholifah
Penelitian ini
Topik Penelitian
Minat dan cara belajar tehadap prestasi belajar fisika
Cara dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar Akuntansi
Cara Belajar terhadap prestasi belajar melakukan prosedur administrasi
Jenis penelitian
Ex  post  facto
Ex  post  facto
Ex  post  facto
Instrumen penelitian
Angket dan tes
Angket dan dokumentasi
Angket, dokumentasi dan wawancara
Teknik Analisis Data
Analisis Regresi
Prosentase dan regresi berganda
Deskriptif korelasional
Lokasi penelitian
SMU N 6 Malang
Madrasah Aliyah Al-Azhar Pasuruan
SMK PGRI 2 Malang
Bidang studi/ Mata Diklat
Fisika
Akuntansi
Melakukan Prosedur Administrasi
Subyek/ sampel
Siswa kelas 1 Cawu 2 Tapel 2000/2001
Siswa Madrasah Aliyah kelas 1, 2, dan 3
Siswa kelas 1 Jurusan Administrasi perkantoran Tapel 2005/2006 semester  gasal
Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan minat dan cara belajar fisika terhadap prestasi belajar
Mengetahui pengaruh cara dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar
Mengetahui pengaruh cara belajar terhadap prestasi belajar mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi terhadap prestasi belajar
Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian
-
(Sumber: Peneliti, 2005) 

B.  Pengertian Belajar
Belajar menurut Slameto (2003:2) secara psikologis adalah”Suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan  lingkungannya”.
Skinner dalam Dimyati(2002:9) menyatakan “belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik”. Sehingga dengan belajar maka orang akan mengalami perubahan tingkah laku.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana didalamnya terjadi suatu interaksi antara seseorang (siswa) dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku yang akan memberikan suatu pengalaman baik bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap),  dan psikomotorik (keterampilan).
 C.     Cara belajar
1.        Pengertian Cara Belajar
Cara belajar pada dasarnya merupakan satu cara atau strategi belajar yang diterapkan siswa, hal ini sesuai dengan pendapat The Liang Gie (1987:48) yang mengemukakan bahwa ”cara belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam usaha belajarnya”. Hamalik (1983: 38) secara lebih jelas mengemukakan bahwa “cara belajar adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan situasi belajarnya, misalnya kegiatan-kegiatan dalam mengikuti pelajaran, menghadapi ulangan/ ujian dan sebagainya”.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa cara belajar siswa adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa pada situasi belajar tertentu, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pencerminan usaha belajar yang dilakukannya.
 2.        Aspek-aspek Cara Belajar
Aspek-aspek yang diteliti dalam cara belajar  menurut Thabarany (1994: 43) adalah:
(1)     Persiapan belajar Siswa
            Pada hakekatnya setiap pekerjaan yang akan dilakukan harus dipersiap
kan terlebih dahulu.Dengan persiapan sebaik-baiknya maka kegiatan/pekerjaan akan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga akan memperoleh keberhasilan. Demikian pula halnya dengan belajar, beberapa persiapan yang perlu dilakukan dalam belajar menurut Thabrany (1994:49) adalah:
a.       Persiapan mental
Persiapan mental yang dimaksud adalah bahwa tekad untuk belajar benar-benar sudah siap. Menurut Gie (1987:58) “persiapan mental merupakan upaya menumbuhkan sikap mental yang diperlukan dalam belajar”. Lebih lanjut dijelaskan bahwa persiapan mental yang perlu dilakukan adalah:
  1. Memahami arti/ tujuan  belajar
  2. Kepercayaan pada diri sendiri
  3. Keuletan
  4. Minat terhadap pelajaran 
b.      Persiapan sarana
      Thabrany (1994: 48) mengemukakan”sarana yang dibutuhkan dalam belajar yaitu ruang belajar dan perlengkapan belajar”
1. Ruang Belajar
      Menurut Thabrany (1994: 48) “ Ruang belajar mempunyai peranan yang cukup besar dalam menentukan hasil belajar seseorang”. Persyaratan yang diperlukan untuk ruang belajar adalah: bebas dari gangguan, sirkulasi dan suhu udara yang baik, penerangan yang memadai.
2. Perlengkapan belajar
            Thabrany (1994:53) menjelaskan “ perlengkapan belajar yang perlu disiapkan dalam belajar adalah:
a.   Perabot belajar seperti meja, kursi, dan rak buku
b.  Buku pelajaran
c.   Buku catatan
d.  Alat-alat tulis
(2)     Cara mengikuti pelajaran
Langkah-langkah dalam mengikuti pelajaran yang perlu dilakukan adalah melakukan persiapan-persiapan dengan mempelajari materi-materi yang akan dibahas dan meninjau kembali materi sebelumnya, bersikap afektif selama kegiatan belajar sampai KBM berakhir. Menurut Hamalik (1983:50) langkah-langkah/cara mengikuti pelajaran yang baik adalah:
1.      Persiapan, yang harus dilakukan adalah mempelajari bahan pelajaran yang sebelumnya diajarkan, mempelajari bahan yang akan dibahas dan merumuskan pertanyaan  tentang materi/ bahan pelajaran yang belum dipahami.
2.      Aktivitas selama mengikuti pelajaran, hal yang perlu diperhatikan selama mengikuti pelajaran antara lain kehadiran, konsentrasi, catatan pelajaran, dan partisipasi terhadap belajar.
3.      Memantapkan hasil belajar, Suryabrata (1989:37) mengemukakan bahwa “untuk memantapkan hasil belajar maka harus membaca kembali catatan pelajaran”
 (3)     Aktivitas belajar mandiri
Bentuk aktivitas belajar mandiri yang dilakukan siswa dapat berupa kegiatan-kegiatan belajar  yang dilakukan sendiri ataupun kegitan-kegiatan belajar yang dilakukan sendiri  ataupun kegiatan belajar yang dilakukan secara berkelompok.
1.      Aktivitas belajar sendiri
Yang dapat dilakukan berupa, membaca bahan-bahan pelajaran dari berbagai sumber informasi selain buku-buku pelajaran, membuat ringkasan bahn-bahan pelajaran yang telah dipelajari, menghafalkan bahan-bahan pelajaran, mengerjakan latihan soal dan lain sebagainya.
2.      Aktivitas belajar kelompok
Adapun yang dapat dilakukan dalam belajar antara lain, mendiskusiakn bahan-bahan pelajaran yang belum dimengerti, membahas penyelesaian soal-soal yang sulit dan saling bertanya jawab untuk memperdalam penguasaan bahan-bahan pelajaran.
 (4)     Pola belajar Siswa
            Pola belajar adalah cara siswa melaksanakan suatu kegiatan belajar yaitu bagaimana siswa mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatan belajarnya. Pola belajar siswa menunjukkan apakah siswa membuat perencanaan belajar, bagaimana mereka melaksanakan dan menilai kegiatan belajarnya.
 (5)     Cara siswa mengikuti ujian
Agar mendapatkan hasil  yang baik dalam ulangan baik ulangan harian maupun ulangan semester sebagai  modal utama adalah penguasaan materi-materi pelajaran yang baik. Oleh karena itu sejak awal  siswa harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar mendapatkan hasil baik dalam ulangan adalah:
a.       Persiapan menghadapi ulangan; kegiatan belajar untuk menghadapi ulangan, dan mempelajari/ mengauasai materi ulangan serta mempersiapkan perlengkapan ulangan seperti alat-alat tulis. 
b.      Saat ulangan berlangsung; harus benar-benar memahami soal, tenang, mengerjakan dari hal yang termudah dan meneliti setelah selesai.
c.       Setelah ulangan selesai; Hamalik (1983: 62) mengemukakan “yang perlu dilakukan setelah ulangan berakhir adalah memeriksa kembali jawaban-jawaban yang dibuat dalam ulangan”.   
 D.    Prestasi Belajar
Menurut Djalal (1986: 4) bahwa “prestasi belajar siswa adalah gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan pengajaran ”. Sedangkan menurut Kamus bahasa Indonesia Millenium (2002: 444)”prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau dikerjakan”. Prestasi belajar menurut Hamalik (1994: 45) adalah prestasi belajar yang berupa adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu.
Berdasarkan pengertian diatas maka yang dimaksudkan dengan prestasi belajar adalah hasil belajar/ nilai pelajaran sekolah  yang dicapai oleh siswa berdasarkan kemampuannya/usahanya dalam belajar. 
Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu proses belajar yang telah dilakukan, sehingga untuk mengetahui sesuatu pekerjaan berhasil atau tidak diperlukan suatu pengukuran. “Pengukuran adalah proses penentuan luas/ kuantitas sesuatu” (Nurkancana, 1986: 2). Dalam kegiatan pengukuran hasil belajar, siswa dihadapkan pada tugas, pertanyaan atau persoalan yang harus dipecahkan/ dijawab. Hasil pengukuran tersebut masih berupa skor mentah yang belum dapat memberikan informasi kemampuan siswa. Agar dapat memberikan informasi yang diharapkan tentang kemampuan siswa maka diadakan penilaian terhadap keseluruhan proses belajar mengajar sehingga akan memperlihatkan banyak hal yang dicapai selama proses belajar mengajar. Misalnya pencapaian aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Prestasi belajar menurut Bloom meliputi 3 aspek yaitu ”kognitif, afektif dan psikomotorik”. Dalam penelitian ini yang ditinjau adalah aspek kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.       
Prestasi belajar ditunjukkan dengan skor atau angka yang menunjukkan nilai-nilai dari sejumlah mata pelajaran yang menggambarkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa, serta untuk dapat memperoleh nilai digunakan tes terhadap mata pelajaran terlebih dahulu. Hasil tes inilah yang menunjukkan keadaan tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa.
Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran SMK PGRI 2 Malang melalui nilai raport semester gasal tahun ajaran 2005/2006 mata diklat melakukan prosedur administrasi.
 E.     Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Cara Belajar
Belajar dan cara belajar memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Belajar sebagai proses atau aktivitas yang diisyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar siswa tersebut.
Menurut Suryabrata(2002:233) adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cara belajar adalah:
Faktor dari dalam diri siswa meliputi:
(1) Faktor psikis yaitu: IQ, kemampuan belajar, motivasi belajar, sikap   dan perasaan , minat dan kondisi akibat keadaan sosiokultural.
(2) Faktor fisiologis dibedakan menjadi 2 yaitu: 1). Keadaan tonus jasmani pada umumnya, hal tersebut melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, 2). Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.
Faktor dari luar diri siswa:
(1) Faktor pengatur belajar mengajar di sekolah yaitu kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, fasilitas belajar, pengelompokan siswa
(2) Faktor-faktor sosial di sekolah yaitu sistem sekolah, status sosial siswa, interaksi guru dengan siswa.
(3) Faktor situasional yaitu keadaan sosial ekonomi, keadaan waktu dan tempat, dan lingkungan.
 F.      Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi dalam Kurikulum SMK Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
Dalam KBK SMK 2004 mata diklat melakukan prosedur administrasi merupakan mata diklat produktif .
1.      Pengertian Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi
Melakukan prosedur administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan surat menyurat atau korespodensi di dalam dunia kerja. Surat menyurat memegang peranan yang penting di dalam dunia kerja sehingga surat harus ditangani secara khusus dan profesional  dan oleh orang yang betul- betul mampu menangani secara baik dan terorganisir.
2.      Fungsi dan Tujuan Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi
Fungsi Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi adalah mengembangkan kemampuan siswa secara kognitif, afektif dan psikomotorik tentang kegiatan korespodensi yang sangat penting dikuasai oleh lulusan SMK dalam dunia kerja juga kehidupan sehari-hari.
3.      Ruang Lingkup Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi
Sub Kompetensi
Lingkup Belajar
1. Proses dokumen-dokumen kantor

2. Dasar Surat Menyurat

3. Mengurus/ menjaga sistem dokumen

a. Tata persuratan
b. Tata naskah/ dokumen kantor
a. Bahasa Surat Bisnis
b. Bahasa Surat Dinas
a. Macam-macam dokumen-dokumen kantor
b. Referensi dan sistem indeks
c. Sistem penomoran surat

(Sumber: KBK SMK 2004)
4.      Sistem Evaluasi Hasil Belajar
Menurut Ralph Tyler (dalam Arikunto, 2002: 3)”evaluasi merupakan sebuah prosentase pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai”. Menurut Dimyati (2002:200) yang dimaksud dengan evaluasi hasil belajar adalah “proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau penguluran hasil belajar”. Berdasarkan pengertian evaluasi hasil belajar kita dapat ketahui bahwa tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Menurut Dimyati (2002:200) “hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan berikut ini: a) Untuk diagnostik dan pengembangan,
b) Untuk seleksi, c) Untuk kenaikan kelas, d) Untuk penempatan” .
            Sistem evaluasi hasil belajar yang digunakan di SMK PGRI 2  Malang yaitu menggunakan tes formatif dan tes sumatif. Menurut Arikunto (2002:47-48) tes sumatif adalah “tes yang memberikan tanda kepada siswa bahwa mereka telah mengikuti program dan untuk menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawan atau kelompoknya, maka tidak diperlukan suatu tuntutan harus berapa tingkat penguasaan yang dicapai”. Sedangkan tes formatif adalah “penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar(PBM) untuk melihat tingkat keberhasilan PBM itu sendiri”
 G.    Pengaruh Cara belajar Terhadap Prestasi Belajar
            Cara belajar pada dasarnya merupakan satu cara atau strategi belajar yang diterapkan siswa sebagai usaha belajarnya dalam rangka mencapai prestasi yang diinginkan. Penilaian baik buruknya usaha yang dilakukan akan tergambar dalam bentuk prestasi. Usaha atau cara belajar seseorang akan terlihat dari prestasi yang diperoleh oleh siswa tersebut. Sehingga prestasi belajar yang baik juga dipengaruhi oleh cara belajar yang baik pula.Sedangkan Slameto (2003: 73) berpendapat bahwa”Banyak siswa dan atau mahasiswa gagal atau tidak mendapat hasil yang baik dalam belajar karena tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif”. Semakin baik siswa dalam mengetahui cara belajar yang baik maka kan baik pula prestasinya.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Hamalik (1983: 1) yang mengemukakan “cara dan kebiasaan belajar yang tepat akan menentukan hasil yang memuaskan, sebaliknya cara belajar yang buruk akan memberikan hasil yang kurang memuaskan”.
Dengan memiliki cara belajar yang baik nanti akan terasa bahwa setiap usaha belajar selalu memberikan hasil yang sangat memuaskan, ilmu yang dipelajari dapat dikuasai sehingga ujian dapat dilakukan dengan berhasil. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan secara teoritis bahwa Ada Pengaruh Cara Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa.
 METODE PENELITIAN
A.     Rancangan Penelitian
“Rancangan penelitian adalah rencana dan sruktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya” (Kerlinger, 1990: 483). Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka metode dan jenis penelitian ini menggunakan penelitian Ex-Post Facto atau pengukuran sesudah kejadian dan deskriptif korelasional.
      Metode ini dipergunakan karena penelitian ini berusaha untuk menemukan ada tidaknya pengaruh antara cara belajar terhadap prestasi belajar melakukan prosedur administrasi siswa kelas 1 jurusan ADP SMK PGRI 2 Malang. Deskriptif korelasional dipandang sesuai dengan penelitian ini karena bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang variabel yang diteliti dan bersifat korelasi karena penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu.(Arikunto, 1993: 215). Pada penelitian ini berusaha untuk menemukan ada tidaknya pengaruh antara cara belajar terhadap prestasi belajar mata diklat melakukan prosedur administrasi siswa kelas 1 Jurusan ADP SMK PGRI 2 Malang. Variabel dalam penelitian ini adalah cara belajar sebagai variabel bebas (X) terhadap prestasi belajar sebagai variabel terikat (Y), hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Cara Belajar (X) ----->  Prestasi Belajar (Y)
 Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

B.     Populasi dan Sampel
Arikunto (1998: 115) berpendapat “ Populasi merupakan subyek penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (1997: 57) menjelaskan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang memiliki ciri-ciri yang akan diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1 jurusan Administrasi Perkantoran SMK PGRI 2 Malang semester gasal tahun pelajaran 2005/ 2006 yang berjumlah 88 orang.
Menurut Arikunto (2002:10) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Agar sampel yang diambil mewakili data penelitian, maka perlu
adanya perhitungan besar kecilnya populasi. Arikunto (1998:112) menyatakan bahwa:
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”tergantung setidak-tidaknya dari
a.   Kemampuan penelitian dilihat dari segi waktu, keuangan, dan dana
b.  Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini  menyangkut banyak sedikitnya data
c.   Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti

            Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah population sampling yang teknik pelaksanaanya dilakukan dengan mengambil semua sampel yang ada di dalam populasi, karena jumlah sampel/subyek penelitian  yang tidak mencapai 100 orang. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah populasi dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Rincian jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini
No.
Kelas
Jumlah Siswa
1.
1 ADP I
44
2.
1 ADP II
44

Jumlah
88
          Sumber: SMK PGRI 2 Malang

C. Instrumen Penelitian
            Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah:
1.      Pengembangan instrumen
      Dalam penelitian ini, untuk mencapai hasil yang diharapkan maka dalam pengembangan instrumennya dengan mengemukakan kisi-kisi instrumennya.

2.      Uji coba instrumen
Sebelum instrumen digunakan sebagai alat pengumpul data, maka instrumen tersebut diujicobakan pada 20 siswa SMK PGRI 2 Malang yang akan dijadikan sampel. Uji coba instrumen dimaksudkan agar instrumen yang berupa angket harus valid dan reliabilitas sebelum disebarluaskan kepada responden.
      Kevaliditasan instrumen, apabila mempunyai validitas tinggi jika butir-butir yang membentuk instrumen tidak menyimpang dari fungsi instrumen. Untuk mendapatkan instrumen yang valid, maka peneliti akan menguji angket melalui analisis butir soal. Mengenai hal tersebut Arikunto (2002:169) menyatakan bahwa “untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total”. Teknik validitas melalui analisis butir soal dengan rumus korelasi product moment dari pearson. Kriteria butir soal yang valid adalah jika rxy  r tabel dan butir instrumen yang dikatakan tidak valid jika rxy  r tabel.
Arikunto (2002:170) menjelaskan “reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sehingga alat pengumpul data karena instrumen sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabilitas akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga”.   Untuk mencari reliabilitas kebiasaan belajar dan prestasi belajar menggunakan rumus alpha.
Bila instrumen reliabel berdasarkan uji coba, maka instrumen tersebut dapat digunakan sebagai insrtumen pengumpulan data.
Berikut klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut:
Reliabilitas
Klasifikasi
0,9 < rh 1
0,7 < rh  0,9
0,4 < rh  0,7
0,2 < rh  0,4
0,0 < rh  0,2
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah
            Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah:
1. Penggalian data
            Mendapatkan data maka diperlukan adanya instrumen pengumpulan data yaitu indikator ditransformasikan menjadi item pertanyaan yang kemudian dikelompokkan menjadi instrumen pertanyaan sesuai dengan variabelnya. Penelitian ini menggunakan metode statistik maka option-option dalam angket harus diberi bobot berupa angka-angka seperti dikemukakan oleh Arikunto (2002). Datanya berupa data kuantitatif yaitu angka-angka, data penelitian yang kualitatif harus diubah menjadi data kuantitatif (berupa angka-angka yaitu dengan cara memberi skor).
2. Teknik pemberian skor
            Sehubungan dengan pemakaian angket dalam pengumpulan data, maka angket tersebut diskalakan dalam bentuk skor dengan menggunakan skala likert, dimana penyusunan angket ini dalam bentuk pilihan ganda dengan 5 pilihan ganda, sehingga responden tinggal memilih salah satu dari jumlah jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor terhadap alternatif jawaban yang ada dalam angket adalah sebagai berikut:
1. Jawaban A diberi skor 5
2. Jawaban B diberi skor 4
3. Jawaban C diberi skor 3
4. Jawaban D diberi skor 2
5. Jawaban E diberi skor 1
Kemudian skor tersebut diklasifikasikan menjadi 5 yaitu: Sangat sering, sering, jarang, sangat jarang, tidak pernah.

D. Metode Pengumpulan Data
1.    Metode Angket
Sugiyono (1997: 96) menyatakan “metode ini digunakan bila responden jumlahnya besar dapat membaca dengan baik dan dapat mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia”. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai cara belajar siswa berupa pertanyaan dalam pilihan ganda kepada siswa kelas 1 SMK PGRI 2 Jurusan Administrasi Perkantoran.
2.    Metode Dokumentasi
Arikunto (2002: 135) mengatakan “Dokumentasi asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang yang tertulis”. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, dengan catatan harian, serta dokumen. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai jumlah siswa, gambaran umum SMK PGRI 2 Malang, data prestasi belajar nilai semester gasal tahun ajaran 2005/2006 mata diklat melakukan prosedur administrasi.
            Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a.      Persipan mengisi angket, dengan memberikat angket kebiasaan belajar kepada responden untuk diisi secara lengkap dan tidak lupa dengan mengisi identitas responden tersebut seperti: nama dan kelas.
b.      Setelah pengisian angket kemudian pengumpulan data prestasi belajar dengan melihat nilai raport mata diklat melakukan prosedur administrasi di SMK PGRI 2 Malang.
c.      Instrumen siap untuk diolah, dimana pengambilan data tersebut akan dibantu oleh pihak sekolah SMK PGRI 2 Malang. Proses pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama dengan pengumpulan data tentang cara belajar siswa dan tahap kedua dengan pengumpulan data tentang prestasi belajar siswa.

E. Teknik Analisis Data
            Arikunto (1998: 236) menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil. Terkait dengan hal itu maka diperlukan adanya tehnik analisis data.
            Analisis data yang digunakan dalam penelitian ada dua macam, yaitu:
 (1) Teknik analisis deskriptif yaitu dengan perolehan persentase karena penelitian ini bersifat deskriptif dan mendeskripsikan tentang variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Nurkancana (1992: 22) langkah-langkah yang digunakan adalah:
a. Menentukan interval, dengan menggunakan rumus interval hitung sebagai berikut:
                                            
                                                            Data terbesar – data terkecil
                Panjang kelas interval = ---------------------------------------
                                                                 Jumlah kelas

b. Menentukan prosentase variabel, untuk mengetahui jumlah perbandingan skor masing-masing variabel  yaitu variabel cara belajar yang diklasifikasikan menjadi sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang dan untuk prestasi belajar diklasifikasikan menjadi istimewa, sangat baik, baik, cukup, dan kurang dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
   Rumus prosentase adalah sebagai berikut:                           

P = F x 100%
      N
                                                     keterangan: F= frekwensi
                                                              N= jumlah subyek penelitian
                                                                        P= Prosentase

 (2) Analisis korelasional.
       Dalam penelitian ini digunakan rumus statistik Regresi Linier Sederhana dan teknik ini digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dengan persamaan Regresi Linier seperti yang disebutkan oleh Sudjana (1996:312) sebagai berikut:
                  Y = a + bx
      Regresi dengan x merupakan variabel bebasnya dan y variabel tak bebasnya dinamakan regresi y atas x.
      Adapun perhitungan analisis regresi seperti yang tersebut diatas, peneliti menganalisisnya dengan bantuan SPSS 10.0 For Windows.  

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2004. Kurikulum SMK Edisi 2004 Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Adminstrasi Perkantoran. Jakarta; Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Dikdasmen.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djalal, M.F. 1986. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa Asing. Malang: P3T IKIP Malang
Hadi, S. 1983. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Hamalik, O. 1994. Metode Belajar dan kesulitan-Kesulitan Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. 
Kerlinger, Fred N. 1990. Aspek-aspek Penelitian Behavioral. Terjemahan oleh Landeng R. Simatupang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Kholifah. 2003. Pengaruh Cara dan Kebiasaan Belajar terhadapPrestasi Belajar Akuntansi Siswa Madrasah Aliyah Al- Azhar Pasuruan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FE Universitas Negeri Malang.
Martin, A, dan Bhaskara. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Millenium. Surabaya: Penerbit Karina.
Muhyono. 2001. Hubungan Minat dan Cara Belajar Fisika dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa kelas 1 cawu 2 SMU Negeri 6 Malang Tapel 2000/2001. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.
Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Soeryabrata, S, Drs. 1989. Proses belajar Mengajar di Pergururan Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset.
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa Rajawali.
Sugiyono. 1997. Metodologi Penelitian Administrasi. Yogyakarta: BPFE-VII
Sudjana, Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Thabrany, H. 1994. Rahasia Kunci Sukses Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
The Liang Gie. 1987. Cara Belajar Yang Efisisen. Yogyakarya: Liberty.
Tim Tetap Penulis Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press. 
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional, (Online), (http/// www. depdiknas.go.id/ UU RI No 20/2003-Sistem Pendidikan Nasional, html, diakses 18 April 2005)