VIVAnews - Amburadulnya pelayanan angkutan umum menjadi salah satu penyebab kemacetan Jakarta. Kondisi kendaraan yang tidak laik jalan berdampak pada keengganan masyarakat untuk menggunakan angkutan umum.
Ironisnya angkutan umum di Jakarta malah menjadi momok menakutkan bagi masyarakat. Bahkan sering nyawa menjadi taruhan saat menggunakan angkutan umum.
Kepulan asap dan bodi kendaraan yang berkarat menjadi ciri khas angkutan kota di Jakarta. Kondisi ini diperparah dengan perilaku pengemudi ugal-ugalan. Tak ayal angkutan umum menjadi angkutan perenggut nyawa.
Sudah tak terhitung kecelakaan yang terjadi akibat perilaku supir angkutan umum, khususnya Metromini dan Kopaja yang ugal-ugalan dan menyebabkan penumpang kehilangan nyawanya secara tragis.
Berdasarkan data yang dihimpun VIVAnews, tercatat peristiwa tersebut terjadi pekan lalu, saat Metromini nomor 75 jurusan Pasar Minggu-Blok M bernomor polisi B 7311 EW menjadi pembawa maut. Metromini yang disopiri Wawan Setiawan (15) itu terbalik di depan Hotel Maharaja, Jakarta Selatan, Minggu 3 April 2011, pukul 08.20, dan menewaskan seorang penumpang.
Enjas Raya (21), penumpang yang duduk di deretan belakang, terpelanting hingga keluar bus dan tergencet badan bus yang terguling. Warga Pandeglang itu meninggal seketika. Seorang penumpang lainnya, Andi (21), harus dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Enjas dan Andi adalah buruh bangunan yang bersama tiga kawan lainnya hendak pulang kampung ke Pandeglang.
Peristiwa serupa juga terjadi akhir Maret lalu. Kali ini seorang pengendara motor menjadi keganasan Metromini 47 jurusan Pondok Kopi-Senen, di depan Stasiun Kereta Api Panjang, Jalan Gusti Ngurah Rai, Klender, Jakarta Timur.
Tabrakan ini mengakibatkan tewasnya seorang anak, yang sedang dibonceng pengendara motor. Korban tewas bernama Muhammad Alfan Alfarizi (6).
Sementara itu, ayah korban belum diketahui identitasnya, dan kini masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Islam Pondok Kopi, Jakarta Timur. Bahkan, massa yang kesal dengan ulah sang sopir langsung melampiaskan amarahnya dengan membakar Metromini tersebut.
Sebelumnya, bus Kopaja P 20 jurusan Lebak Bulus- Senen juga menabrak wartawan Global TV Khaerul Anwar (34) di Gondangdia, Jakarta Pusat dan menewaskan pengendara sepeda motor di Jagakarsa.
Menanggapi hal itu, Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Royke Lumowa mengatakan kepolisian terus menindak supir angkutan umum yang kerap kali ugal-ugalan dan membahayakan nyawa penumpang.
“Banyak dari mereka (sopir) tak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) sesuai dengan jenis kendaraan yang dia kemudikan. Bahkan menjadi sebagai sopir tembak atau sopir pocokan menggantikan sopir asli,” katanya saat berbincang dengan VIVAnews di Jakarta, Rabu 13 April 2011.
Namun, Royke juga meminta agar Dinas Perhubungan untuk menindak tegas perizinan angkutan umum yang sudah tidak layak jalan. Selain itu, perlu segera dilakukan peremajaan angkutan umum.
Seperti diketahui, sedikitnya 8.428 bus reguler di Ibukota tidak laik jalan. Jumlah tersebut didasari data uji KIR yang dilansir pelayanan pusat Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Dinas Perhubungan (Dishub) DKI. Dari 11.091 unit bus, 8.428 bus di antaranya belum uji KIR.
Sementara itu, berdasarkan data Dinas Perhubungan DKI Jakarta, hasil operasi laik jalan angkutan umum sepanjang 2010, yaitu Oktober hingga Desember, kendaraan yang diperiksa sebanyak 1.642 bus. Dari total tersebut, yang dikandangkan sebanyak 320 bus dan terkena tilang sebanyak 333 bus.
Selanjutnya selama 2011, per 11 Januari, kendaraan yang telah diperiksa dalam operasi laik jalan angkutan umum mencapai 157 bus. Di antaranya sebanyak 35 bus dikandangkan dan 10 bus terkena tilang.
"Jangan sampai masyarakat akan semakin enggan menggunakan kendaraan umum. Sudah tidak nyaman, kotor, bahkan nyawanya terancam akibat perilaku sopirnya yang kerap ugal-ugalan," tutur Royke. (eh)
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar