Cinta atau Nafsu

Apakah cinta dan gairah sama saja, saling berkaitan atau tidak ada hubungan sama sekali? Scroll down!
lust love
Menurut buku “Guide to Intuitive Healing” karangan Judith Orloff MD, ada perbedaan besar antara cinta dan gairah. Gairah biasanya hanya berdasarkan ketertarikan fisik dan fantasi – dan seringkali menghilang saat “kepribadian” sebenarnya muncul. Pada tahapan tersebut biasanya kita memandang pasangan sebagai sosok yang sempurna. Jatuh cinta bukan berarti nggak pakai nafsu. Bahkan katanya, nafsu bisa berujung pada cinta.
Sebagai psikiater, Judith berpendapat kalau ketertarikan seksual bisa menutupi akal sehat dan intuisi bahkan pada orang-orang yang paling rasional. Kenapa? Gairah adalah keadaan yang diprogram oleh keinginan untuk bereproduksi. Pada fase ini keadaan otak seperti otak pecandu narkoba, alias semua terlihat indah saat bertemu si pujaan hati. Hasil pemeriksaan MRI menunjukkan kalau area otak yang aktif saat pecandu sudah berjumpa dengan kokain sama dengan area yang aktif saat seseorang sedang bergairah.
Dikatakan juga kalau pada awal hubungan, saat hormon seks merajalela, gairah terbakar oleh energi yang berasal dari harapan dan impian – kita melihat apa yang kita harapkan dari seseorang atau yang kita inginkan – bukannya melihat kepribadian pasangan apa adanya.
Beberapa tanda kalau kita “hanya” bergairah, bukannya jatuh cinta antara lain fokus hanya pada wajah dan tubuhnya; hanya ingin bercinta, tapi malas mengobrol; nggak membahas perasaan. Sedangkan tanda-tanda cinta antara lain pengen menghabiskan waktu bersama selain bercinta; sering terlibat obrolan yang seru; mendengarkan apa yang dirasakan pasangan; ingin membahagiakan satu sama lain.
Bagaimana menurutmu? What are you having now, love or lust?

Kata laki-laki dapatkan Cinta Dengan SEX

Sering mendengar penyataan kalau “Women give sex to get love?” Apakah kamu setuju dengan kalimat tersebut? Bagaimana kenyataannya? Benarkah seks adalah pintu untuk mendapatkan dan menumbuhkan cinta dari seorang laki-laki?
friends with benefitKarena penasaran, saya memutuskan untuk melakukan interview terhadap para laki-laki dari berbagai usia dan golongan. Dari yang pengusaha, bankir, pengacara, insinyur, semua tidak luput dari pertanyaan saya.
The question is: “What happens to your feeling and to the relationship, after sex comes into the picture?” Hasil bincang-bincang saya dengan para laki-laki tersebut memberikan hasil yang cukup mencengangkan.
Kebanyakan dari mereka satu suara dalam mengemukakan bahwa apabila perasaan mereka terhadap pasangan belum cukup kuat, apalagi bila tidak ada status hubungan yang jelas, mendapatkan seks pada awal hubungan dari pasangan merupakan sebuah attraction killer. Lama kelamaan entah disengaja atau tidak, akan tumbuh rasa bosan terhadap pasangan dan hubungan tersebut. Ketika ditanyakan, mereka merasa bahwa mereka telah mendapatkan semuanya dan tidak ada lagi excitement atau hal yang bisa dinantikan.
Dalam kasus dimana hubungan seks dilakukan dengan teman tanpa tali komitmen apa-apa, mereka hanya memperlakukan seks sebagai sebuah hubungan fisik. Tidak peduli betapa hebatnya seks yang diberikan, pada akhir hari atau setelah hubungan seks berakhir, cinta tidak tumbuh di hati mereka karena dari awal mereka hanya melihat hubungan tersebut sebagai aktivitas jasmani semata. Walaupun di beberapa kasus perasaan sayang dapat tumbuh, tapi tidak akan cukup untuk membuat si laki-laki berkomitmen kepada pasangannya.
Seorang laki-laki malah menuturkan bahwa secara seksual mungkin hubungan dia dengan seorang TTM-nya merupakan hubungan seks paling hebat dan memuaskan yang pernah ia dapatkan. Namun, setiap sehabis mereka berhubungan, ia ingin perempuan itu pergi dari rumahnya. Berbeda dengan saat dia melakukan hubungan seks dengan perempuan yang memang dia sayangi dan cintai, dia tetap ingin “cuddling” setelah berhubungan, katanya.
Jadi, berbedakah efek dari hubungan seks apabila dilakukan dengan pasangan yang dicintai?