Mengungkap Arti Gentelmen Sebenarnya

Beberapa hari yang lalu saya menemukan seorang blogger yang menulis demikian,
“Saya sih selalu merasa tersanjung dan respect sama pria-pria gentle yang masih memperlakukan wanita with certain manner. Yang namanya pria gentle, dia akan bersikap gentleman kepada semua wanita. Saya sendiri nggak tau kenapa saya selalu punya penghargaan yang lebih sama pria-pria gentle. Untuk saya pribadi sih, di jaman yang serba sibuk ini, ketika orang udah mulai nggak peduli sama urusan orang lain, I’ll consider such a gentle treatment as a cute and sweet little thing.”
Lalu saya juga jadi ingat sebuah jokes yang sering beredar di internet, berbunyi seperti ini:
Kalau pria ganteng nuangin air ke gelas wanita, wanita bilang, “Ini dia pria gentleman.”
Kalau pria jelek nuangin air ke gelas wanita, wanita bilang, “Naluri pembantu, emang gitu.”
Dua contoh kutipan di atas hanya seperempat ons dari ratusan ribu kwintal nasihat percintaan yang mengagung-agungkan sebuah karakteristik yang kita kenal dengan istilah Gentleman. Begitu semaraknya pandangan demikian, kita tidak akan kesulitan untuk mendengar ‘sikap seorang gentleman’ disebutkan sebagai kunci sukses dalam kehidupan cinta dari sejumlah publik figur, baik dalam maupun luar negeri.
Wanita selalu menyatakan bahwa mereka mendambakan seorang gentleman karena sikap mereka yang menawan, penuh perhatian, sensitif, romantis, tidak memaksakan kehendak, sabar, rela berkorban, mampu melindungi dan memenuhi kebutuhan pasangan.
Lalu jika Anda seperti kebanyakan pria lainnya di muka bumi ini, Anda pasti diganggu dengan pertanyaan, “Selama ini gue udah kerjain semuanya, tapi kok ngga dapetin hasil yang sama dengan wanita gebetan gue?”
“Gue masih kurang gentleman gimana lagi? Nih wanita udah jelas-jelas ngomong dengan mulut bibirnya sendiri kalo gue tuh satu-satunya pria yang bisa ngerti dia luar dalem, dan semua teman prianya ngga pernah bisa perlakuin dia kayak gue. Tapi kenapa dia maunya temenan aja, ngga mau jadian ama gue?”
Lalu pertanyaan yang paling pilu, “Dia sampe nangis terharu ketika bilang semua kelembutan dan perhatian gue ke dia tuh ngebikin dia ngerasa spesial banget dan mungkin gue sbenernya adalah pria yang tepat untuk dia, tapi dia tetep ngga bisa ninggalin prianya skalipun jelas prianya itu brengsek dan nyiksa perasaannya banget. Dia minta gue untuk tinggalin dan lupain dia, trus dia bakal terus doain gue supaya gue bisa nemuin wanita yang lebih bernilai dan layak daripada dia. Kenapa? Kenapa?!?!”
Maaf, saya tidak bermaksud menggores lagi luka-luka tersebut, sobat. Saya berjanji tidak akan menjadikan artikel kali ini sebagai momen tisu dan air mata.
Saya hanya ingin mengajak Anda berpikir dengan baik. Ini akan menjadi Momen Lampu Menyala Di Atas Kepala.
Jika Anda mengoreksi kembali semua pengalaman Anda selama ini, apakah benar wanita menginginkan seorang Gentleman?
Pada titik ini, saya tidak bisa menjawabnya dengan pendek.
Saya hanya bisa melakukan secara bertahap, yakni pertama-tama dengan menyampaikan apa yang pernah diucapkan oleh Kei beberapa workshop yang lalu, “Gentleman itu bukan gabungan antara kata ‘gentle’ dan ‘man’ yang bisa diartikan sebagai ‘pria baik, ‘pria lembut’, ‘pria perhatian,’ atau sejenisnya.”
That is so true, guys.
Kata Gentleman memiliki akar dari kata dalam bahasa Perancis, Gentilhomme, yang berarti Nobleman atau pria dengan nilai, karakter dan status yang tinggi. Dalam Andas Webster, Gentleman dijelaskan sebagai berikut:
(a) a man of refinement,
(b) a man whose conduct conforms to a high standard,
(c) a man who combines gentle rank with chivalrous qualities.
Apakah hal-hal di atas sesuai dengan pengertian gentleman yang sering Anda dengan dari orangtua, teman-teman wanita, film-lagu-novel dan buku psikologi populer tentang percintaan di jaman modern ini?
Ketika mereka menyarankan Anda untuk menjadi seorang gentleman saat mendekati seorang wanita, apakah yang mereka maksud adalah melakukan tindakan-tindakan yang menguji nilai wanita tersebut agar dapat menentukan apakah dia cukup kompatibel dengan standar diri Anda yang berkelas?
Sama sekali tidak!
Anda selama ini justru diajarkan untuk terus merayu, membujuk, menyogok dan menyakinkan dirinya bahwa Anda perlu diberi kesempatan untuk menjadi bagian dalam hidupnya. Semenjak awal pendekatan, Anda sibuk membuatnya menjadi merasa lebih bernilai dan berkelas daripada Anda, dengan harapan dia merasakan ikatan yang spesial bila sedang bersama dengan Anda.
Anda secara rutin membuktikan bahwa diri Anda lebih ‘gentle’ daripada semua pria lain yang ingin mendekatinya. Itu sebabnya Anda suka mendengarkan semua curhatannya tentang satu pria brengsek yang menarik perhatiannya. Itu sebabnya Anda tidak pernah ingin ketinggalan memberikan perhatian terhadap hal-hal kecil kepadanya, seperti membukakan pintu mobil, selalu ada bila dibutuhkan, menyediakan pundak untuk menangis, memberitahu jam makan, atau sekedar mengingatkan dia agar jangan tidur kemalaman.
Bukannya hal-hal tersebut salah, guys.
Saya, Kei, dan Jet melakukan hal-hal tersebut ...
… tapi kami tidak melakukannya pada wanita-wanita yang kami sedang berusaha dekati! Kami hanya memberikannya kepada sejumlah wanita yang memang sudah melalui proses eliminasi tertentu dalam hubungan kami, itu pun dilakukan dengan menjaga frekuensi tertentu agar tidak menjadi senjata makan tuan.
Mengapa Anda tidak bisa melakukan hal-hal tersebut ketika sedang pendekatan dengan seorang wanita impian Anda?
Ya karena itu semua adalah tindakan A Man Who Is Gentle, bukannya Gentleman seperti yang digambarkan pada arti kata sebenarnya!
Sekali lagi, Gentleman bukanlah pria gentle. Dia tidak akan mendekati seorang wanita yang menarik perhatiannya dengan cara memberikan piutang kebaikan dan perhatian. Dia tidak akan menurunkan standar dan menjadi murahan dengan terlalu banyak berkorban untuk sang wanita sebelum wanita itu membuktikan bahwa dirinya layak dan mampu menghargai kesempatan seperti itu.
Bahkan, seorang Gentleman tidak keberatan untuk bersikap ‘kejam’, keras dan tidak gentle kepada seorang wanita cantik yang tidak bisa menunjukkan bahwa dirinya memiliki sesuatu yang lebih dari sekedar penampilan menarik.
Istilah ‘chivalrous’ pada definisi Webster di atas berbicara tentang kualitas Ksatria Berkuda dan Tentara Kerajaan di Eropa abad ke-14 dan 15. Pada era tersebut, Gentleman adalah istilah yang diberikan kepada orang yang tidak perlu bekerja terus-menerus untuk menghidupi diri dan keluarganya karena dia mendapatkan kebutuhannya dengan cara menuruti titah Raja untuk sesekali pergi berperang demi membela kerajaan ataupun memperlebar wilayah kekuasaan.
Mereka sama sekali tidak ‘gentle,’ malahan tipe pria petarung yang sangat percaya diri dan dominan, tidak menyukai basa-basi, hidup dari satu aksi ke aksi lainnya, menyukai tantangan baru, dan tidak akan ragu-ragu untuk menyeleksi bila melihat seorang wanita yang menarik perhatiannya. Jika wanita tersebut mampu memenuhi kriteria tertentu yang diinginkan, barulah sang Ksatria akan memberikan apresiasi dan perlakuan yang lebih spesial terhadapnya dibandingkan terhadap wanita-wanita lain.
Apa yang terjadi enam abad setelah itu? Istilah Gentleman masih terus beredar, namun ia sudah berubah menjadi sekumpulan pria-pria yang rajin memperlakukan setiap wanita jalanan manapun yang menarik perhatian sebagai seorang Tuan Putri, karena berharap dia akan memperlakukannya balik sebagai Tuan Pangeran.
Itu tidak akan terjadi, sobat!
That’s not being a Gentleman. That’s just being A Gentle Man.
Lebih jauh lagi: A Gentle Man yang melakukan gentle acts tidak akan mendapatkan hasil yang sama dengan A Gentleman yang melakukan gentle acts.
Mengapa?
Karena A Gentle Man tidak memiliki ‘high standard’ dan ‘chivalrous quality’ yang justru sangat dibutuhkan dalam fase pendekatan dengan lawan jenis. Hal-hal tersebut menjadi modal yang Anda perlukan untuk melipatgandakan semua sikap Anda sehingga memicu ketertarikan dari wanita yang Anda inginkan.
Tidak mengerti?
Saya pernah membaca sebuah artikel di Newsweek tentang banyak orang yang mengagumi kerendahan hati Bill Clinton yang selalu ingin menuangkan sendiri minuman teh kepada setiap tamu yang berkunjung, sekalipun sebenarnya dia bisa saja menyuruh asisten untuk melakukannya.
Dia hanya menuangkan minuman, bro, bukan tindakan yang spesial sama sekali. Anda sudah sering bertamu ke rumah teman Anda dan Anda tidak akan berpikir untuk menganggapnya rendah hati sekalipun dia menuangkan Anda minuman berkali-kali. Tapi bila Presiden Amerika Serikat melakukannya pada Anda, Anda akan otomatis merasa itu sebagai sebuah aksi yang luar biasa.
Sekali lagi, Gentleman adalah seseorang dengan nilai tinggi yang tidak akan sembarangan mengobral dirinya sehingga apapun perbuatannya akan menimbulkan reaksi yang lebih daripada normal, bahkan semakin meningkatkan nilai diri Anda.
Kita selalu menginginkan hal yang tidak bisa kita dapatkan, hal ini sangat jelas sekali bisa terlihat dalam psikologi percintaan. Ketika seorang wanita merasa Anda adalah Pria Gentle yang suka menyumbangkan Gentle Acts padanya, dia tahu Anda sudah pasti miliknya. Itu sebabnya sekalipun dia bilang Anda adalah satu-satunya pria yang paling mampu membahagiakan dirinya, dia tidak tertarik untuk menjalani hubungan itu dengan Anda.
Itulah Anda yang dahulu, yakni seorang 'Gentle Man' karena mendengar wanita-wanita yang bilang mereka menginginkan seorang 'Gentleman', padahal ada jurang perbedaan besar di antara keduanya.
Pusing dengan semua dekonstruksi di atas? Tidak masalah. Setidaknya Anda kini tahu bahwa kegagalan romantika yang Anda alami selama ini sedikit banyak disumbangkan karena masalah sepele seperti perbedaan interpretasi dan cara penulisan sebuah konsep.
Itu sebabnya saya, Kei, dan Jet banyak membedah dan menciptakan terminologi baru agar Anda dapat belajar untuk meneliti dengan seksama letak kesalahan-kesalahan yang ada. Dengan topik artikel kali ini, kami mengajak Anda untuk meninggalkan istilah Gentleman yang sudah terlalu tua dan kompleks itu dan merangkul paradigma yang baru: Glossy.
Glossy is the new, better, not-misleading and much improved word for Gentleman.
Seorang pria Glossy memenuhi setiap definisi seperti yang disebutkan oleh Andas Webster seperti di atas.
Seorang pria Glossy bukanlah Pria Gentle, namun tahu bagaimana dan kapan waktu yang tepat untuk menunjukkan Gentle Acts pada wanita yang layak mendapatkannya.
Seorang pria Glossy bahkan tahu bagaimana memakai Ungentle dan Rude Acts terhadap wanita-wanita pada proses seleksi yang justru akan membuat mereka semakin penasaran untuk mengejarnya.
Seorang pria Glossy menikmati semua petualangan dan mendasari seluruh keputusan romantika hidupnya berdasarkan tiga buah kunci utama yang hanya akan Anda pelajari ketika mengikuti program premium Hitman System.
Saya meminta Anda untuk TIDAK mendaftar program kami jika apa yang Anda baca dalam artikel ini bukan hal yang baru, tidak menjawab sebagian besar kebingungan Anda selama ini, atau tidak berbicara banyak kepada Anda tentang hal-hal seputar pendekatan terhadap wanita. Karena jika Anda merasa sudah terbiasa berpikir dengan model apapun yang Anda barusan baca di sini, Anda akan bisa menemukan sendiri sejumlah cara alternatif tentang bagaimana menyudahi kejombloan Anda.
Namun jika Anda merasa seperti tersentak dan melihat lampu bohlam itu mulai menyala berkedip-kedip di atas kepala Anda, mungkin workshop atau seminar adalah solusi terbaik yang perlu Anda ikuti sebelum lampu itu kembali mati dan Anda kehilangan segalanya.
So, Glossy Guys, saya akan mengakhiri artikel dengan anekdot ini.
Kalau pria ganteng nuangin air ke gelas wanita, wanita bilang, “Ini dia pria gentleman.”
Kalau pria jelek nuangin air ke gelas wanita, wanita bilang, “Naluri pembantu, emang gitu.”
Kalau pria Glossy nuangin air ke gelas wanita, wanita bilang, “Kenalin gue ke bokap nyokap loe dong...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar